MENGAPA PENGHARGAAN
ACHMAD BAKRIE
Untuk bisa mandiri orang harus bekerja keras dan memiliki ilmu pengetahuan.
Freedom Institute (FINS) didirikan dengan semangat untuk menciptakan lingkungan yang subur bagi lahirnya keperintisan, pencapaian, maupun pengabdian di bidang iptek, mencakupi pemikiran sosial, kesusastraan, kedokteran, sains, dan teknologi. Usaha ini merupakan bagian dari tujuan yang lebih luas, yaitu memajukan kehidupan pemikiran, eksperimen, dan penciptaan di Indonesia. FINS percaya bahwa kehidupan intelektual yang bebas, sarat dengan perdebatan yang produktif, penuh antusiasme, dan dilandasi oleh integritas yang tinggi merupakan penyangga kuat kehidupan demokrasi.
Tradisi penghargaan atas karya pemikiran, keilmuan, dan kesenian sudah menjadi praktik lazim dalam dunia intelektual. Penghargaan berskala internasional seperti Hadiah Nobel menjadi tolok ukur bagi pencapaian di bidang-bidang sastra, kimia, fisika, kedokteran, ekonomi, dan perdamaian. Tradisi serupa juga dikenal di Indonesia, meski belum mengakar dan mencapai reputasi yang kokoh. Sejumlah lembaga atau pribadi di negeri kita juga telah merintis pemberian penghargaan untuk berbagai bidang profesi dan pengabdian, berdimensi kesenian maupun keilmuan, atau gabungan keduanya.
Atas inisiasi FINS, Keluarga Bakrie turut meneruskan tradisi pemberian penghargaan di bidang kreativitas akal budi ini dengan Penghargaan Achmad Bakrie, yang diselenggarakan sejak 2003. Mulai 2010, ditambahkan tradisi menghargai ilmuwan muda berprestasi berusia di bawah 40 tahun. Pada tahun 2017, diperkenalkan dua kategori lain yaitu “kebudayaan populer alternatif” serta “teknologi dan kewirausahaan”. Kemudian pada tahun ini, pada penyelenggaraan yang ke tujuh belas, diperkenalkan dua kategori baru yakni “jurnalisme” dan “sastra populer”.