Kesusastraan, 2006
Ketika para penyair terpukau berlebihan pada lirisisme, Rendra (1935-2009) menulis puisi naratif dengan bahasa yang penuh hiasan dan pendar-pendar. Ketika para penyair gemar menyuling bahasa demi puncak puitik, ia justru mencapai mendaur-ulang bahasa orang ramai, ia menunjukkan bahwa modernisme artistik bisa memeluk mesra lingkungan budaya asal. Puisinya membuka kecerdasaan kolektif seraya memelihara kewajaran dan kebaruan bahasa indonesia.